Google galaxy nexus 64Gb
Monday, August 27, 2012
New toy
Diposkan oleh irfan_arachman di 8/27/2012 05:07:00 PM 0 komentar
Label: android, google, jelly bean
Monday, July 23, 2012
Thursday, July 19, 2012
ndunXkojun
Gini nih harusnya kl sama mantan, walopun udh putus silaturahmi jalan terus
Diposkan oleh irfan_arachman di 7/19/2012 06:25:00 PM 0 komentar
Tuesday, July 10, 2012
A mood booster
When i tired of a rushing deadline or trapped in a trraffic jam. I see this on my phone then i smile... :-))
Diposkan oleh irfan_arachman di 7/10/2012 11:23:00 PM 0 komentar
Monday, July 2, 2012
I think i'm in love again
I love her, and she like me..
Diposkan oleh irfan_arachman di 7/02/2012 09:51:00 PM 0 komentar
Sunday, May 13, 2012
BB? ke laut aje
Citra yang terpancar dari orang yang memakai produk Apple adalah IT geek, cool dan rebel. Itu DULU.
Saya
suka membaca website gadget dan perangkat elektronik, seperti engadget,
gizmodo, lifehacker, dsb. Setahun terakhir saya bisa merasakan ada
pergeseran pandangan seperti di atas. Setahun lalu pembaca website tsb
masih kagum dengan berbagai produk Apple yang memakai iOS. Sekarang tren
berganti, Android lebih disukai.
Mengapa? Bukan soal
teknologinya. Android memang lebih unggul, lebih cepat dalam adopsi
teknologi terbaru, tapi ini soal pergerseran pandangan sosial masyarakat
di Barat, menjadi lebih Pancasilais, yang kalau diperas menjadi
Gotong-Royong, dan ini sejalan dengan berkembangnya aplikasi
crowdsourcing, gotong-royong antar pengguna yang tidak saling kenal,
untuk public benefit, seperti Wikipedia dan Linux.
Andy
Rubin, pendiri Android ketika dicaplok Google, ditanya oleh seorang VP
Google (sumber: cerita dari Lucky Sebastian, id-android): apa dunia ini
masih perlu mobile operating system yang lain?
Andy
menjawab, ada dua tugas suci dari Google dalam kaitan dengan mobile
operating system. Pertama, saat ini kita sedang kritis, dunia
membutuhkan operating system yang open source, membebaskan developer,
produsen dan konsumen memilih apa yang mereka mau.
(Bandingkan
dengan iOS dari Apple, developer dan pembeli tak bebas berkreasi.
Software yang mau diinstal di produk Apple harus seijin Apple. Saat ini
sudah 3 tahun Android, dan kita bebas memilih perangkat Android apa
saja, mau murah, mahal, mau diisi apapun, semua terserah pada konsumen,
developer dan produsen).
Kedua, saat ini kita menghadapi
draconian future, dimana hanya akan ada satu operating system, satu
perusahaan dan satu orang yang menentukan bagaimana kita menggunakan
gadget. Google punya tugas suci untuk memberikan pilihan bagi semua
orang, keterbukaan bagi semua orang dan mendorong inovasi bagi semua
orang. Dan Google punya sumber daya untuk itu. Kalau Google hanya diam,
maka ramawaln Orwell 1984 akan terjadi. Big brother is watching you,
control all your life and the world.
Dan sekarang, Google
mempersembahkan Android, suatu platform terbuka untuk semua orang.
Bahkan Nexian pun memakai Android buat smartphonenya yang terjangkau.
Nah, dimana letak nilai Pancasila dalam Android?
Pertama,
mirip dengan wikipedia, Android dikerjakan secara crowdsourcing alias
gotong-royong. Source code-nya bisa dengan mudah didownload. Semua orang
bebas mengubahnya, memperbaiki dan menawarkannya kepada siapa saja.
Developer
perusahaan dapat memperbaiki source code inti yang sudah dibuat Google,
dan memasang dalam perangkat mereka yang dijual bebas. Developer
pribadi, para hacker, bebas memodifikasi Android menjadi custom ROM.
Orang bebas memilih custom ROM yang mereka mau, atau kembali memakai ROM
bawaan developer perusahaan. Developer pribadi, sama seperti hacker
lainnya, tidak mendapat uang dari aktivitas hackingnya, tapi dengan
keahlian hacking mereka, pasar tenaga kerja menghargai mereka dengan
baik. Secara tidak langsung Google membantu pengembangan SDM di banyak
negara.
Proses ini juga berlangsung pada level programmer
aplikasi dan pribadi pemilik perangkat Android. Saya jadi tahu bagaimana
melakukan flash terhadap perangkat saya, memilih custom ROM, dan
mencari pertolongan dari komunitas jika mandek dengan flash ulang. Nilai
saling menolong, gotong-royong, hidup disini, bahkan antar mereka yang
tak kenal.
Produk Apple? Terpenjara oleh Apple.
Kedua,
terjadi pergeseran nilai di masyarakat Barat (Eropa dan Amerika). Dari
segi pandangan etika bisnis, masyarakat Amerika, menurut Crane dan
Matten, exhibit a strong culture of individualism, suggesting that
individuals are responsible for their own success. Sampai urusan
kesehatan pun, masyarakat Amerika kudu punya asuransi sendiri, kalau
tidak mau mati keleleran.
Tetapi krisis ekonomi akibat
subprime mortage tahun 2007 membuat banyak orang mulai sadar bahwa ada
sesuatu yang salah dengan ekonomi dan tata nilai sosialnya. Stiglitz
diminta UN untuk membuat rekomendasi tata moneter dan keuangan
internasional baru, yang tidak membebaskan. Demo antiglobalisasi marak,
dan gerakan Occupy Wallstreet bergema ke seluruh penjuru Amerika.
Orang
kembali melihat bahwa perusahaan besar-lah yang menjadi sumber masalah.
Dan itu adalah perusahaan-perusahaan yang tak kenal etika. Orang
kembali bergairah dengan upaya crowdsourcing, gotong-royong. Website
semacam kickstarter, yang menawarkan ide untuk urunan dan gotong-royong,
marak.
Dan Android muncul ketika pergeseran nilai itu
terjadi. Kembalinya nilai-nilai Pancasila (nilai kemanusiaan, kerja
sama, gotong royong, saling menolong, mengutamakan etika).
Ketiga,
Apple bukanlah perusahaan yang socially responsible. Setelah kematian
Jobs, orang baru sadar, rupanya Apple atau Jobs yang cash reserve-nya
lebih besar dari Pemerintah AS, tak punya upaya philantrophist yang
signifikan. Bill Gates bahkan adalah philantrophist terbesar saat ini.
Jobs
punya kisah buruk dengan anak dan partnernya. Dia menolak mengakui anak
dari partnernya, dan terlibat sengketa dipengadilan soal pengakuan dan
tunjangan kepada anaknya. Jobs berhasil menghentikan sengketa, dengan
mengakuai sebagai anak biologisnya. Tapi kabar terakhir, anak yang tak
mau dia akui itu, terpaksa ngutang ke kenalan Bapaknya buat bayar uang
SPP universitas.
Dari segi ethical supply chain, Apple
mengontrak Foxconn, pabrikan gadget di Cina, yang reputasi HAMnya buruk.
Hak-hak buruh kurang diberikan. Buruh bekerja long hours, meyerupai
perbudakan, paling tidak sweatshop. Karena itu, setiap produk Apple yang
anda beli dan pakai, ada keringat buruh yang kering, tangis mereka
karena gaji kecil dan long hours.
Karyawan Apple hidup
dalam cengkeraman Apple Gestapo, mereka dimata-matai, bahkan sampai ke
kehidupan pribadinya. Ponsel mereka disadap, email diperiksa. Gestapo
bukan monopoli Nazi, Apple juga.
Dulu Nike itu sweatshop, sekarang Apple adalah sweatshop.
Dan, gejala-gejala itulah yang bisa ditangkap dari pembacaan saya terhadap dunia gadget dan kondisi sosial yang melingkupinya.
BB? Ke laut aje
Diposkan oleh irfan_arachman di 5/13/2012 08:26:00 PM 0 komentar
Sunday, February 5, 2012
Hyde bawa kejutan di kuburan
Diposkan oleh irfan_arachman di 2/05/2012 09:57:00 PM 0 komentar