vimeo

I'AM WHAT I'AM

Sunday, May 13, 2012

BB? ke laut aje

Citra yang terpancar dari orang yang memakai produk Apple adalah IT geek, cool dan rebel. Itu DULU.

Saya suka membaca website gadget dan perangkat elektronik, seperti engadget, gizmodo, lifehacker, dsb. Setahun terakhir saya bisa merasakan ada pergeseran pandangan seperti di atas. Setahun lalu pembaca website tsb masih kagum dengan berbagai produk Apple yang memakai iOS. Sekarang tren berganti, Android lebih disukai.

Mengapa? Bukan soal teknologinya. Android memang lebih unggul, lebih cepat dalam adopsi teknologi terbaru, tapi ini soal pergerseran pandangan sosial masyarakat di Barat, menjadi lebih Pancasilais, yang kalau diperas menjadi Gotong-Royong, dan ini sejalan dengan berkembangnya aplikasi crowdsourcing, gotong-royong antar pengguna yang tidak saling kenal, untuk public benefit, seperti Wikipedia dan Linux.

Andy Rubin, pendiri Android ketika dicaplok Google, ditanya oleh seorang VP Google (sumber: cerita dari Lucky Sebastian, id-android): apa dunia ini masih perlu mobile operating system yang lain?

Andy menjawab, ada dua tugas suci dari Google dalam kaitan dengan mobile operating system. Pertama, saat ini kita sedang kritis, dunia membutuhkan operating system yang open source, membebaskan developer, produsen dan konsumen memilih apa yang mereka mau.

(Bandingkan dengan iOS dari Apple, developer dan pembeli tak bebas berkreasi. Software yang mau diinstal di produk Apple harus seijin Apple. Saat ini sudah 3 tahun Android, dan kita bebas memilih perangkat Android apa saja, mau murah, mahal, mau diisi apapun, semua terserah pada konsumen, developer dan produsen).

Kedua, saat ini kita menghadapi draconian future, dimana hanya akan ada satu operating system, satu perusahaan dan satu orang yang menentukan bagaimana kita menggunakan gadget. Google punya tugas suci untuk memberikan pilihan bagi semua orang, keterbukaan bagi semua orang dan mendorong inovasi bagi semua orang. Dan Google punya sumber daya untuk itu. Kalau Google hanya diam, maka ramawaln Orwell 1984 akan terjadi. Big brother is watching you, control all your life and the world.

Dan sekarang, Google mempersembahkan Android, suatu platform terbuka untuk semua orang. Bahkan Nexian pun memakai Android buat smartphonenya yang terjangkau.

Nah, dimana letak nilai Pancasila dalam Android?

Pertama, mirip dengan wikipedia, Android dikerjakan secara crowdsourcing alias gotong-royong. Source code-nya bisa dengan mudah didownload. Semua orang bebas mengubahnya, memperbaiki dan menawarkannya kepada siapa saja.

Developer perusahaan dapat memperbaiki source code inti yang sudah dibuat Google, dan memasang dalam perangkat mereka yang dijual bebas. Developer pribadi, para hacker, bebas memodifikasi Android menjadi custom ROM. Orang bebas memilih custom ROM yang mereka mau, atau kembali memakai ROM bawaan developer perusahaan. Developer pribadi, sama seperti hacker lainnya, tidak mendapat uang dari aktivitas hackingnya, tapi dengan keahlian hacking mereka, pasar tenaga kerja menghargai mereka dengan baik. Secara tidak langsung Google membantu pengembangan SDM di banyak negara.

Proses ini juga berlangsung pada level programmer aplikasi dan pribadi pemilik perangkat Android. Saya jadi tahu bagaimana melakukan flash terhadap perangkat saya, memilih custom ROM, dan mencari pertolongan dari komunitas jika mandek dengan flash ulang. Nilai saling menolong, gotong-royong, hidup disini, bahkan antar mereka yang tak kenal.

Produk Apple? Terpenjara oleh Apple.

Kedua, terjadi pergeseran nilai di masyarakat Barat (Eropa dan Amerika). Dari segi pandangan etika bisnis, masyarakat Amerika, menurut Crane dan Matten, exhibit a strong culture of individualism, suggesting that individuals are responsible for their own success. Sampai urusan kesehatan pun, masyarakat Amerika kudu punya asuransi sendiri, kalau tidak mau mati keleleran.

Tetapi krisis ekonomi akibat subprime mortage tahun 2007 membuat banyak orang mulai sadar bahwa ada sesuatu yang salah dengan ekonomi dan tata nilai sosialnya. Stiglitz diminta UN untuk membuat rekomendasi tata moneter dan keuangan internasional baru, yang tidak membebaskan. Demo antiglobalisasi marak, dan gerakan Occupy Wallstreet bergema ke seluruh penjuru Amerika.

Orang kembali melihat bahwa perusahaan besar-lah yang menjadi sumber masalah. Dan itu adalah perusahaan-perusahaan yang tak kenal etika. Orang kembali bergairah dengan upaya crowdsourcing, gotong-royong. Website semacam kickstarter, yang menawarkan ide untuk urunan dan gotong-royong, marak.

Dan Android muncul ketika pergeseran nilai itu terjadi. Kembalinya nilai-nilai Pancasila (nilai kemanusiaan, kerja sama, gotong royong, saling menolong, mengutamakan etika).

Ketiga, Apple bukanlah perusahaan yang socially responsible. Setelah kematian Jobs, orang baru sadar, rupanya Apple atau Jobs yang cash reserve-nya lebih besar dari Pemerintah AS, tak punya upaya philantrophist yang signifikan. Bill Gates bahkan adalah philantrophist terbesar saat ini.

Jobs punya kisah buruk dengan anak dan partnernya. Dia menolak mengakui anak dari partnernya, dan terlibat sengketa dipengadilan soal pengakuan dan tunjangan kepada anaknya. Jobs berhasil menghentikan sengketa, dengan mengakuai sebagai anak biologisnya. Tapi kabar terakhir, anak yang tak mau dia akui itu, terpaksa ngutang ke kenalan Bapaknya buat bayar uang SPP universitas.

Dari segi ethical supply chain, Apple mengontrak Foxconn, pabrikan gadget di Cina, yang reputasi HAMnya buruk. Hak-hak buruh kurang diberikan. Buruh bekerja long hours, meyerupai perbudakan, paling tidak sweatshop. Karena itu, setiap produk Apple yang anda beli dan pakai, ada keringat buruh yang kering, tangis mereka karena gaji kecil dan long hours.

Karyawan Apple hidup dalam cengkeraman Apple Gestapo, mereka dimata-matai, bahkan sampai ke kehidupan pribadinya. Ponsel mereka disadap, email diperiksa. Gestapo bukan monopoli Nazi, Apple juga.

Dulu Nike itu sweatshop, sekarang Apple adalah sweatshop.

Dan, gejala-gejala itulah yang bisa ditangkap dari pembacaan saya terhadap dunia gadget dan kondisi sosial yang melingkupinya.

BB? Ke laut aje